watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Gita Tidak Takut

Di hari pertamaku masuk kuliah di salah
satu perguruan tinggi di Semarang, tidak
ada yang aku kenal satupun, sehingga
aku seperti orang nyasar, bingung
celingak-celinguk kesana kemari.
Sewaktu sedang bingung-bingungnya
tiba-tiba ada cewek yang menegurku,
"Eh, tau kelas MI1-3 nggak?".
Eeiittss.., ternyata aku juga cari kelas itu..,
lalu aku jawab, "mm.., saya juga tidak
tahu, mendingan cari sama-sama yuk".
"Saya Gita" dia sebut namanya duluan.
"Aku Iwan", aku sebut namaku juga, di
situlah aku mulai punya teman bernama
Gita. Cewek manis ini mempunyai kulit
kuning langsat, nyaris tanpa cacat, tinggi
badan kira-kira 166 cm, dengan berat 49
Kg. Tapi yang bikin aku tidak bosan
melihatnya adalah dadanya yang
menantang, cukup besar untuk
ukurannya, tapi tidak terlalu besar sekali.
Begitu pula dengan pantatnya, aku paling
suka jika dia memakai jeans ketat,
dengan kaos oblong warna putih.
Kadang jika ia bercanda, ngomongnya
nyerempet-nyerempet porno terus,
walaupun sekali-sekali saja.
Tiga bulan sudah lamanya aku dekat
dengannya, jalan kemanapun selalu
bersama, walaupun dia belum resmi jadi
pacarku, tetapi aku dan dia selalu berdua
kemanapun. Sampai akhirnya aku dan
dia pergi jalan-jalan ke daerah Dieng,
salah satu daerah dingin di Jawa Tengah,
niatnya cuma jalan-jalan saja, tidak
menginap. Entah kenapa hari ini dia
mengajakku bercanda yang berbau
porno terus, dari pagi hingga siang hari.
Sampai akhirnya ia bertanya begini,
"Wan, kalau kamu punya istri suka yang
buah dadanya besar atau sedeng-sedeng
saja?".
Lalu aku jawab "Mm.., yang kayak apa
ya?, kayaknya aku suka yang seperti
punya kamu itu lho".
"Lho emang kamu pernah liat
punyaku?", tanya dia.
Aku bilang "Gimana mau liat, orang
kamunya ajah nggak pernah kasih
kesempatan.., heheheh".
Dia tanya lagi sambil bercanda, "Kalo aku
kasih kesempatan gimana?".
Aku jawab, "Yaa.., nggak aku sia-sia'in".
"Emang berani?", tantang Gita.
"Siapa takut..", jawabku tidak mau kalah.
"Kalo gitu bukti'in!", kata Gita.
"Oke.., kita cari losmen sekarang..,
gimana?", tantangku gantian.
"Siapa takut..", jawabnya tidak mau kalah
juga.
Jujur saja aku masih berfikir bahwa ini
cuma bercanda saja, sampai tiba-tiba di
depan sebuah losmen, dia berkata,
"Wan, disini ajah.., kayaknya losmennya
bagus tuh".
"Deg!!", jantungku terasa berhenti.
Dengan ragu-ragu kuarahkan mobilku
masuk ke halaman losmen tersebut. Aku
masih diam dan setengah tidak percaya.
Terus dia berkata, "Kamu angkat tas-tas
kita, aku yang check in.., OK?".
Seperti babu kepada majikannya, aku
ikuti kata-katanya dan mengikuti
langkahnya masuk ke losmen.
Masuk ke kamar losmen langsung kita
tutup dan kunci pintunya, aku masih
terdiam terus duduk di atas kasur
sampai dia berkata, "OK, sekarang aku
kasih kamu kesempatan liat dadaku, tapi
jangan macem-macem yaa?".
Tiba-tiba saja Gita menarik kaosnya ke
atas, dan langsung melemparkan ke atas
tempat tidur. Lalu dia terdiam sambil
menatapku yang juga terdiam,
walaupun sebenarnya aku sedang
terpana. Beberapa saat dia arahkan
tangan kanannya ke pundak kirinya,
digesernya tali BH-nya jatuh ke lengan.
lalu gantian tangan kirinya ke pundak
kanan melakukan hal yang sama.
Lalu tangan kanannya diarahkan ke
punggung, tetapi tangan kirinya masih
memegangi BH bagian depannya. Oh
God.., Nafasku terasa berhenti di
tenggorokanku.., BH-nya telah terlepas,
tetapi masih ditahan bagian depannya
oleh tangan kirinya. Gita terus
memandangiku. Gita menggigit bibir
bagian bawahnya.
Tiba-tiba ia berkata, "Aku nggak akan
lepas ini, jika kamu nggak buka
pakaianmu semuanya"
Aku ragu-ragu.., tetapi nafasku sudah
tidak bisa diatur lagi.., aku buka kaosku..,
aku buka jeansku.., lalu aku berhenti,
tinggal celana dalam yang aku kenakan..,
gantian aku yang menantang, "Aku
nggak akan buka ini, jika kamu nggak
lepas itu sekarang"
Gita diam sejenak lalu dia turunkan
perlahan tangan kirinya dan akhirnya
terlihat jelas buah dadanya yang kuning
langsat dan benar-benar menantang.
Belum sempat aku rampung menikmati
pemandangan ini, tiba-tiba ia melompat
ke arahku dan mendorongku telentang di
kasur, dengan cepat dia mencium
bibirku. Aku yang masih kaget akan
serangan mendadak ini tidak menyia-
nyiakannya, kami saling berciuman,
saling melumat bibir, "uugghh.., oohh..",
hanya kata itu yang Gita keluarkan.
Tiba-tiba saja di berdiri, dalam 5 detik
celana jeansnya sudah terlepas. Kami
sama-sama hanya memakai celana
dalam saja, saling pandang tetapi itu
hanya berlangsung 6 detik, dengan cepat
ia menarik celana dalamku kebawah dan
melepasnya. Gita tersenyum dan sedikit
tertawa, aku tak tahu dia senang melihat
punyaku atau menertawai punyaku?
Akupun tidak mau kalah, kutarik
perlahan-lahan celana dalamnya sedikit
demi sedikit, ternyata Gita sudah tidak
sabar lalu dia tarik sendiri celana
dalamnya dan melemparnya ke
belakang, belum sempat celana
dalamnya menyentuh lantai bibirnya
sudah melumat bibirku, "oohh..", kami
sekarang benar-benar telanjang bulat.
Gita mulai mencium leherku tapi itu tidak
lama karena aku keburu membalik
badanku. Sekarang gantian ia yang
telentang di kasur. Pemandangan yang
indah sekali tetapi kali ini aku tidak mau
lama-lama memandang, langsung aku
berada diatasnya, kedua tangannya
sudah kupegang dan tahan di samping
kiri-kanan kepalanya. Aku ciumi
lehernya, bibir, leher lagi. "Hhmmhh..,
uugghh.., sstt", cuma itu yang dia
katakan.
Ciumanku sudah 'bosan' di leher. Aku
mulai turun. Melihat gerakanku itu, tiba-
tiba dia mengangkat dadanya.
Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Aku
langsung ciumi buah dadanya sebelah
kiri, sedang tangan kananku mengelus-
elus buah dadanya yang kanan. Kali ini
tangan kirinya sudah memegang
kepalaku. "sstt.., hh.., sstt..", mulutnya
berdesis seperti ular.
Dia menarik rambutku dan kepalaku dan
mengarahkan kepalaku ke buah dadanya
sebelah kanan. Dengan sekuat tenaga ia
tekan kepalaku ke dadanya. "Gigit..,
gigit.., Wan.., sst". Lalu dengan gigiku
aku mulai mengigit-gigit sedikit puting
susunya, kiri-kanan, kiri-kanan selalu
bergantian dan adil. Sementara dari
mulut Gita terus keluar kata, "Teruuss..,
teruuss.., yang keras.., aahh.., gigit
Wan.., gghh.., sstt".
Sementara punyaku sudah tegang keras.
Kepalaku mulai turun lagi tetapi tiba-tiba
ia berteriak kecil, "Wan.., Iwan..,
uugghh.., sekarang ajjaah.., masuk'iin..,
nggak usah pake mulut lagi.., masukin
sekaraanng.., plizz..".
Aku langsung di dorongnya. Sekarang
ganti posisi, aku yang telentang dan Gita
berada di atasku. Selangkangannya
mencari-cari posisi, walau aku tahu pasti
yang dia cari adalah punyaku. Begitu
posisinya tepat, Gita mendorongnya
dengan kuat. "uugghh..", sedang aku
sedikit berteriak, "aahh". Punyaku sudah
terbenam di dalam selangkangannya.
Gita terus menggerak-gerakan
pinggulnya ke atas, ke bawah, kiri-kanan,
naik-turun segala arah gerakan ia
lakukan. Matanya terpejam, bibirnya
digigit seperti menahan sesuatu, sering
dari mulutnya keluar kata-kata, "oohh..,
sshhtt.., uugghh.., sshhss.., sshhiitt..,
aacchh.., oouuhh..", nafasnya tidak lagi
teratur.
Kedua tangannya meremas-remas buah
dadanya sendiri, kepalanya sering
menengadah ke atas, "uugghh.., oohh..,
sshhsstt". Sedangkan aku hanya
sanggup meremas sprei di kiri dan
kananku dengan kedua tanganku. Gigi
atas dan gigi bawahku sudah saling
menekan, tidak ada kata-kata yang keluar
dari mulutku hanya suara nafasku saja
yang terdengar.
Kali ini aku yang mengambil alih
"kekuasannya" gantian kudorong tapi dia
malah tengkurap, melihat pantatnya
yang putih mulus. Aku jadi tambah
bernafsu untuk segera memasukkan
punyaku ke punyanya.
Aku angkat pinggulnya dan Gitapun
mengangkat badannya dengan kedua
tangan dan kakinya. Sekarang posisinya
seperti mau merangkak. Langsung tanpa
tunggu waktu lagi aku mencoba
memasukan "adikku" ke lubang
vaginanya.
"Mmaasuukkiinn.., ceeppeett..", Gita
memohon kepadaku tapi belum sempat
ia menyelesaikan kalimatnya punyaku
sudah masuk ke vaginanya. "oohh..",
dari mulutku keluar kata tersebut.
Dengan semangat aku mulai mendorong
ke depan, menarik, mendorong, menarik
terus menerus seiring dengan
gerakanku. Gerakannyapun berlawanan
dengan gerakanku, setiap aku
mendorong ke depan ia mendorong
pantatnya ke arahku diiringi desahan dan
leguhan dari mulutnya. "uugghh..,
aahh.., Sshshhss.., oohh.., uugghh..".
Tiba-tiba ia berteriak, "Iwaann.., sshh..,
oohh", aku merasakan sesuatu keluar
dari dalam lubang kemaluannya tapi,
"oohh.., oohh.., aacchh.., Gitt.., aakku..".
Akupun merasakan kenikmatan yang
tiada bandingannya seiring dengan
keluarnya cairan dari dalam punyaku.
"oohh.., uugghh", banyak sekali cairanku
keluar.
"Terus Wan.., keluarin semuanya..",
pinta Gita.
Tubuhku terasa sudah tidak kuat lagi
berdiri. Aku langsung telentang di kasur,
sedangkan Gita langsung memelukku
dan menaruh kepalanya di dadaku.
"Gita sayang sama Iwan", hanya itu
yang keluar dari mulutnya, lalu matanya
terpejam sambil terus memelukku.
"Iwan juga sayang sama Gita", kataku.
Akhirnya sejak itu aku dan Gita resmi
pacaran.


Adult | GO HOME | Exit
1/1107
U-ON

inc Powered by Xtgem.com